KETIKA AKU SADAR
Cerita ini bermula ketika Aku duduk di bangku kelas 3
SMP. Pada siang itu sepulang sekolah Aku sering nonton acara-acara di chanel
televisi. Namun‚ ada satu acara yang tadinya tidak Aku ketahui‚ tetapi yang Aku
saksikan acara ini melalui iklan‚ yaitu acara peduli kasih di Indosiar. Dalam
iklan tersebut banyak sekali terdapat hal yang tidak Aku ketahui sebelumnya.
Iklan yang membuatku tak percaya. Bukannya sepenuhnya tak percaya akan adanya
realita tersebut‚ tapi ini benar-benar menggugah hatiku menjadi miris dan
bersyukur atas apa yang Aku miliki saat ini‚ meskipun keadaanku saat ini serba
kekurangan karena alasan ekonomi. Keadaan dimana kondisi ekonomi pada kelas
menengah ke bawah‚ karena kedua orang tuaku tidak berpenghasilan tetap dan
tidak memiliki gaji seperti tenaga kerja pada umumnya. Ayahku hanya seorang
petani biasa dan Ibuku seorang pedagang yang memanfaatkan jasa orang lain.
Dengan keadaan yang demikian aku sering mengeluh dan membantah kedua orang
tuaku.
Dulu Aku sering meminta apa yang kedua orang tuaku
sebenarnya tidak sanggup memenuhi permintaanku. Namun‚ dengan keringat keras
keras kedua orang tuaku dan meskipun mendapatkan uang dari hasil tambahan
hutang akhirnya kedua orang tuaku selalu memenuhi permintaanku. Entah kenapa Aku
selalu menangis ketika permintaanku tidak dikabulkan oleh orang tuaku‚ mungkin Aku
tergolong anak yang selalu dimanja saat itu.
Sewaktu kecil Aku sering dijauhi oleh teman-temanku
sehingga Aku bisa belajar mandiri sampai saat ini meskipun selalu mendapatkan
perhatian kedua orang tuaku dengan manja. Dengan adanya iklan tersebut yang
menampilkan berita tentang anak-anak yang cacat fisik‚ aku merasa sangat hina
menjadi anak yang sempurna tapi selalu membantah kedua orang tuaku. Sejenak jiwaku
bagai disambar petir dan aku merasa
berdosa kepada kedua orang tuaku karena seringkali mengeluh dengan kondisi
ekonomi yang lemah‚ sementara masih banyak di luar sana yang begitu semangat
dan penuh perjuangan meskipun keadaan fisik yang kurang sempurna. Mereka dalam
keadaan seperti itu tidak mempermasalahkannya dan selalu bersabar mnghadapi
hidup dengan kondisinya. Mereka selalu bersyukur atas apa yang diciptakan
oleh-Nya‚ Tuhan Maha Adil atas segala sesuatu.
Aku juga membaca sebuah kisah sejati yang dimuat pada majalah
tahun 2004. Balita yang bernama Giandra Hutama buah hati dari seorang Ibu
bernama Aryawati Hutama mengalami kelainan saraf pada ususnya. Setiap habis
minum susu‚ Dia muntah‚ akibatnya sejak lahir
perutnya belum terisi makanan. Dokter menvonis Gian menderita Hirschsprung’s disease. Menurut DR. H.
Soenanto Roewiojoko‚ MS‚ SPA ( RS MH Thamrin Jakarta) Hirschsprung’s disease merupakan penyakit bawaan sejak bnyeayi
masih dalam kandungan. Sampai saat itu belum diketahui penyebabnya secara
pasti. Karena itu‚ penyakit tersebut tidak bisa dideteksi sebelum bayi
lahir. Gejala adanya gangguan pencernaan baru terlihat beberapa hari setelah
bayi lahir. Pada Hirschsprung’s disease‚ kumpulan syaraf/ganglion
(plexus) Auerbach pada dinding usus
bayi tidak berkembang sempurna. Sehingga usus lumpuh dan tidak dapat bekerja sesuai
fungsinya. Bagian usus yang syarafnya normal tetap bekera untuk meremas dan
mendorong makanan‚ sedangkan usus yang lumpuh tidak dapat melanutkan
pekerjaan itu ke anus. Karena itu‚ bayi mengalami
gangguan buang air besar‚ perut membuncit dan sering muntah.
Di Indonesia‚ kasus Hirschsprung’s disease sering ditemui.
Sejauh ini jika operasi penangannannya berjalan lancar‚ penderitanya dapat sembuh dan pencernaanya kembali normal. Operasi
penanganannya adalah lewat pemotongan bagian usus yang lumpuh (usus besar
bagian bawah)‚ dan menyambungkan kembali usus yang masih bekerja dengan
normal (usus besar bagian atas) ke bagian anus. Umumnya gangguan yang muncul
terjadi pada tahun-tahun pertama setelah operasi‚ yakni pada masa
pemulihan jaringan usus dan saluran pencernaan. Setelah usus melewati masa
adaptasi‚ maka saluran pencernaan dapat kembali berfungsi normal.
Harapan Aryawati terhadap kesembuhan Gian mulai pupus.
Sebab‚ bukannya membaik‚ kondisinya justru
semakin memburuk. Berat badannya menyusut hingga 1‚5 kg. Bukan hanya itu‚ masalah lain mulai muncul. Bagian-bagian tubuh Gian yang
dijadikan tempat jarum infus‚ mengalami infeksi. Parahnya lagi‚ ginjalnya juga bermasalah akibat kandungan cairan infus yang terlalu keras‚ sedangkan tubuhnya belum siap menerima dengan usia yang baru 2 minggu.
Tubuh mungil yang tidak berdaya itu mulai menguning. Dokter memutuskan untuk melakukan
transfusi darah. Tanpa berpikir panjang‚ Chandra Hutama
suaminya dan anggota keluarga menyumbangkan darah untuk Gian. Setelah mengamati
perkembangan Gian setelah operasi‚ Dokter
menyimpulkan hidupnya hanya tinggal 3 hari. Meskipun Dokter menyimpulkan hal
tersebut Aryawati dan segenap keluarga tidak menyerah melakukan segala cara
untuk anaknya. Mereka mulai mencari informasi untuk mendapatkan alternatif
pengobatan yang lebih baik. Akhirnya‚ sebagian besar
anggota keluarga dan temannya menyarankan untuk membawanya ke Singapura. Di Mount Elizabeth Hospital‚ Singapura‚ Gian langsung mendapatkan perawatan intensif. Tim Dokter
terdiri dari spesialis anak‚ dokter bedah anak‚ dan dokter ahli
darah untuk anak menjelaskan langkah-langkah yang harus diambil terhadap Gian
bahwa operasi di jakarta sudah baik sesuai prosedur‚ hanya saja penanganan pada masa pemulihan yang kurang baik sehingga
berbagai infeksi di tubuh Gian. Setelah operasi di Singapura kondisi Gian
membaik‚ berat badannya meningkat hingga 3‚4 kg.
Perjuangan merawat Gian belum berakhir‚ dampak operasi menyebabkan Gian menderita flu perut. Aryawati Hutama
hampir kehilangan Gian anaknya‚ saat Dia menginjak usia 4 tahun. Karena kondisinya yang
tidak membaik‚ dr. Naraini spesialis anak yang menanganinya di Jakarta
menyatakan Gian dirawat. Gian langsung dibawa ke Singapura. Dengan perawatan
yang terus-menerus di Singapura akhirnya kondisi Gian terus membaik dan kini
putra dari Ibu Aryawati Hutama pun bisa melahap semua makanan kesukaannya.
Kini Aku menyadari betapa pentingnya menghargai
pengorbanan orang lain termasuk kedua orang tuaku. Setelah Aku sadari juga akan
arti kasih‚ Aku mulai memahami apa yang selama ini aku rasa. Semua
hanyalah buah fakir yang tiada guna‚ ternyata sudah
sekian lama Aku larut dalam kebodohan‚ tak pernah
menyadari bahwa kasih dan sayang kedua orang tua selalu tercurah untukku.
Hangat dekapnya hanya untuk melindungiku‚ lembut sikapnya
mereka tunjukan padaku. Aku menyesali semua sikapku. Saat ini aku hanya ingin
membuatnya bahagia‚ entah bagaimanapun caranya yang pasti dengan cara itu
mereka bangga padaku.
Banyak yang saat ini kulihat mereka orang-orang yang
tidak mampu melihat mencari nafkah sendiri meski harus berjalan kaki menyusuri
jalan berkilo-kilo. Mereka sanggup melakukan hal semacam itu tanpa mengeluh dan
penuh perjuangan. Demi melanjutkan kehidupan didunia yang fana ini mereka
selalu semangat‚ tidak menyerah tanpa mengenal lelah bahkan mereka berangkat
mencari nafkah dari terbit fajar sampai terbenamnya mentari. Meskipun terik
mentari menyingsing membuatnya selalu beristirahat di pinggir jalan
trotoar-trotoar sudut kota metropolitan.
Aku tak habis pikir mereka bisa sampai di tengah keramaian kota tanpa peduli
betapa bahayanya diri mereka saat itu‚ apalagi dengan kondisi fisiknya itu.
Ditambah lagi kota metropolitan yang terkenal banyak kasus kriminal. Jika aku
menjadi mereka yang tidak mampu melihat mungkin aku tidak dapat berbuat apapun‚
melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan orang lain‚ ataupun berjuang apalagi
bersabar seperti mereka yang saat ini memiliki kondisi seperti itu.
Begitu banyak disudut kota yang mengalami kondisi yang
jauh dari kesempurnaan. Meskipun Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia
makhluk yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan-Nya lain.
Namun‚ dalam kondisi yang begitu sulit‚ kesabaran manusia yang terbatas
seringkali melakukan tindakan kriminal. Apalagi kondisi manusia yang tidak
mampu mendengar (tunarungu). Mereka yang dilahirkan dalam keadaan atau kondisi
seperti itu banyak yang selalu tawakal. Akan tetapi‚ beberapa dari mereka yang
tidak mampu menerima keadaannya seringkali putus asa bahkan ada yang mencoba
melakukan tindakan yang fatal hingga merenggut nyawanya sendiri seperti gantung
diri‚ sengaja minum racun dan lain sebagainya. Hal tersebut sering dipicu
karena adanya sekelompok masyarakat yang tidak menerima kehadirannya di
lingkungannya. Adapun sebab lain yang menganggu jiwanya.
Banyak kasus yang berbau positif maupun negatif tentang
hal tersebut. jika aku menjadi mereka yang tidak mampu mendengar‚ akupun merasa
tidak bisa menerima kondisi tersebut‚ karena aku sebagai manusia ciptaan-Nya
memiliki akal‚ pikiran dan perasaan yang terbatas. Aku tidak bisa menerima
mereka yang selalu menghina dan mengucilkan diriku dengan kondisi seperti
mereka yang tidak mampu mendengar. Apalagi dengan adanya perkembangan IPTEK
seperti sekarang ini banyak kasus penipuan yang dilakukan oleh oknum-oknum
tertentu. Tentu saja ini masalah yang perlu ditinjau lebih lanjut karena bisa
membahayakan dan merugikan orang lain terutama orang-orang yang berkebutuhan
khusus seperti cacat mental maupun cacat fisik.
Dengan keadaanku yang seperti sekarang ini juga banyak
masyarakat yang merendahkan dan mempergunjingkan. Banyak kasak-kusuk yang
terjadi menurut realita yang ada. Karena hal tersebut Aku jadi mencoba untuk
bersabar dengan kondisi saat ini. Mereka yang memiliki kondisi berkebutuhan
fisik membawa pengaruh yang positif hingga membuatku sadar sampai saat ini‚
meskipun belum menerima sepenuhnya keadaan ekonomi yang menjadi permasalahan.
Aku sadar betapa berartinya hidup ini jika saling menghormati bukan malah
sebaliknya. Menghormati dalam arti yang mempunyai kekayaan bukan untuk pamer
harta kepada yang kondisi ekonominya lemah‚ tetapi saling berbagi dan
tolong-menolong. Pelajaran hidup disertai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) sangatlah berharga dan penting bagiku saat ini. Teringat motto dari
salah satu guru di SMAku dulu yaitu “hiduplah sewajarnya”. Dari liku-liku
hidupnya Beliau mempunyai pengalaman yang sangat mengesankan. Hal yang sangat
berarti ketika mengetahui dan membaca Buletin Intra Sekolah “Logika”. Disana
terdapat pelajaran berarti‚ ketika syaqiq Al-Balkhi bertanya kepada Hatim
Al-Asham menuntut ilmu selama 33 tahun
hanya belajar 8 hal .
Yang pertama‚ dilihatnya manusia
memiliki kekasih. Ketika mereka mati‚ kekasihnya ikut
mengantar ke kubur lalu meninggalkannya sendirian disana. Maka Beliau memilih
amal kebajikan sebagai kekasih Beliau sehingga ketika Beliau masuk kubur‚ amalnya ikut bersamanya. Yang kedua‚ merenungkan wahyu
Allah SWT terdapat pada surah (An-Nazi’at‚ 79: 40–41) yang artinya “Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya‚ maka surgalah
tempat tinggalnya”. Ketiga‚ Beliau memperhatikan manusia selalu memuliakan dan
menyimpan semua benda berharga yang dimilikinya. Kemudian‚ Beliau memperhatikan wahyu Allah SWT terdapat pada surah (An-Nahl‚ 16:69) yang artinya “Apa yang disisimu akan lenyap‚ dan apa yang disisi Allah SWT adalah kekal”. Maka setiap kali Beliau
peroleh sesuatu yang berharga‚ Beliau persembahkan kepada Allah agar terjaga selalu
disisi-Nya. Keempat Beliau melihat setiap manusia mengejar harta‚ kemuliaan leluhur‚ kehormatan dan nasab. Kemudian Beliau perhatikan wahyu
Allah SWT terdapat pada surah (Al Hujarat‚ 49:13) yang artinya “Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu”. Kelima‚ Beliau perhatikan
manusia yang mencela‚ melaknat dan sumber semua itu adalah hasad. Keenam‚ Beliau melihat manusia saling menganiaya dan saling membunuh sedangkan
Allah telah mewahyukan terdapat pada surah (Fathir‚ 35:6) yang artinya “Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu‚ maka jadikanlah ia sebagai musuhmu”. Maka Beliau meninggalkan permusuhan
dengan manusia dan setan dijadikannya sebagai satu-satunya musuh. Beliau selalu
mewaspadai dengan sekuat tenaga. Ketujuh‚ Beliau
memperhatikan setiap orang mencari sepotong roti (maksudnya harta)‚ sehingga rela menghinakan dirinya dan melakukan hal-hal yang haram.
Kemudian Beliau perhatikan wahyu Allah SWT terdapat pada surah (Hud‚ 11:6) yang artinya “Dan tidak ada sesuatu yang melata pun di bumi
melainkan Allah lah yang memberi rizkinya”. Kedelapan‚ Beliau memperhatikan semua orang bergantung kepada makhluk‚ ada yang bergantung dengan ladangnya‚ dengan niaganya‚ dengan perusahaannya dan kesehatan jasmaninya. Kemudian Beliau bertawakal
kepada Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Agung.
Setiap permasalahan pasti ada jalan keluar itulah yang
Aku ketahui semenjak SMP dan kusadari ketika di bangku Sekolah Menengah Atas.
Ternyata apa yang selama ini Aku hadapi banyak menemukan jalan keluar dan
solusi meskipun kondisi ekonomi kedua orang tuaku belum terentaskan. Namun‚ Aku selalu semangat berjuang walaupun sering jatuh bangun. Semboyan yang
kudapatkan semenjak SMA “berakit-rakit kehulu‚ berenang-renang
ketepian disertai motivasi dan kupetik informasi dari berbagai media yang
menyalurkan inspirasi secara tidak langsung. Saat ini Aku sedang berjuang
menuntut ilmu yang bermanfaat di salah satu Universitas Swasta di Yogyakarta.
Aku bisa melanjutkan menempuh pendidikan ini karena berkat kerja keras kedua
orang tua dan doa restu mereka. Mereka yang memberikan dorongan kepadaku supaya
terus melanjutkan ke perguruan Tinggi‚ meskipun bukan di
Universitas yang Aku inginkan sebelumnya. Namun‚ Aku bersyukur bisa
sampai melanjutkan ke Universitas. Kisah-kisah dari mereka yang berkebutuhan
khusus yang cacat mental maupun fisik membawaku terhanyut dalam kehidupannya.
Mereka penuh perjuangan dalam mencari sesuap nasi‚ mendapatkan
sentuhan kasih dari sekelompok masyarakat yang hidup dengannya pun masih sulit
didapatkannya. Namun tak sedikitpun mereka menaruh dendam dan amarahnya‚ bahkan mereka hidup berdampingan dengan masyarakat secara iklas‚ penuh kesabaran demi memperjuangkan hidup dalam kebersamaan.
Toleransi yang mereka emban cukup kuat dibandingkan
mereka yang disekilingnya dengan hidup serba berkecukupan. Aku mempunyai
tetangga yang agak cacat mental sebut saja namanya Vino (disamarkan). Beliau
hidup bersama Ibunya yang sudah renta. Setiap saat Beliau mencari nafkah dengan
memanfaatkan sebuah ladangnya. Saat anak-anak bermain dan melihat Beliau selalu
saja suasana terbahak-bahak dan olokan yang Beliau dapatkan. Akan tetapi‚ Beliau tidak sedikitpun menghiraukan hal seperti meluapkan amarahnya
kepada anak-anak remaja didekatnya. Malahan Beliau melayani cemoohan dan
olokannya dengan ikut berbaur bersama anak-anak. Sehingga‚ waktu demi waktu banyak anak-anak
yang berkunjung. Dengan adanya Anak-anak yang menyukainya maka
masyarakatpun menganggap keberadaannya dengan hidup rukun tanpa mengucilkan
ataupun menajuhinya.
Nama : Suryani
Alamat : Wirogaten
RT 08/RW 01‚ Mirit‚ Kebumen
Propinsi :
Jawa Tengah
Kode pos :
54395
Alamat e–mail : iinindahsaroh@gmail.com
No hp
: 089656524780
Tidak ada komentar:
Posting Komentar