Sabtu, 19 April 2014

IBUKU YANG TANGGUH



IBUKU WANITA YANG TANGGUH

Sepeda ontel tua melaju menyelusuri desa-desa yang masih sepi dan langit pun masih gelap karena jam masih menunjukkan pukul 04.30 pagi, nampak dengan penuh semangatnya wanita itu mengayuh sepedanya hanya seorang diri itulah ibuku,karena desa kami masih sangat terpencil dan masih jauh dari pusat perkotaan maka ibuku harus bersepeda jauh untuk menempuh ketempat yang strategis yaitu pusat perkotaan,kira-kira butuh waktu 1 setengah  jam untuk sampai ketempat parkiran sepeda,karena ibuku harus memarkirkan sepedanya dahulu sebelum naik angkutan umum,karena lokasinya yang sangat jauh untuk sampai kelokasi pasar yang biasanya ibuku berjualan buah. Ibuku seorang penjual buah eceran di dekat pinggiran toko,karena mahalnya sewa tempat untuk berdagang maka tidak ada pilihan lain selain menempati pinggiran toko tersebut.
Dagangan yang dijual itu bukan milik ibuku karena ibuku hanya di suruh untuk menjualkan buah-buah tersebut dari seorang juragan buah,apabila bisa laku maupun terjual habis ibuku mendapatkan separuh dari keuntungan tersebut,walaupun tidak seberapa ibuku tetap tersenyum manis dan bersyukur mendapat upah atas jerih payahnya, tapi yang bikin mengharukan apabila dagangannya hanya laku sedikit ibuku tidak mendapatkan apa-apa dan hanya pulang dengan tangan kosong .Tepat pukul 6 sore ibuku  sampai di rumah dan itu merupakan keseharian pekerjaan ibuku. Ibuku memang wanita pekerja keras dan sangat menyayangi keluarga. Setelah dirumah ibuku masih bekerja  mengerjakan  semua pekerjaan rumah, sementara aku hanya berdiam diri tanpa membantunya sedikitpun.
Aku memang anak yang terbilang manja dan hampir semua pekerjaan rumah yang di kerjakan ibuku aku tidak mau membantunya, pernah sesekali ibu menyuruhku untuk membantu mencuci piring maupun mencuci pakaian, tapi aku malah tidak begitu menghiraukan perintah beliau,aku hanya bisa berkata nanti-nanti dan nanti tapi perintah itu tidak aku lakukan, dan sesekali ibuku marah kepadaku tapi aku malah balik marah kepada ibuku dengan segala alasan capek,ini,itu aku katakan,seketika ibuku langsung diam dan dengan raut muka yang kecewa ibuku tetap senyum dan aku saat itu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh ibuku, pasti ibuku merasa sangat kecewa sekali karena ucapanku, akupun merasa bersalah dan menyadari,dalam hatiku aku memaki diriku sendiri, ya Alloh betapa bodohnya aku, aku memang tidak anak yang tidak  tau untung, seketika aku merenung,tanpa ibu aku tidak mungkin ada di dunia ini dan selama ini ibuku lah yang dengan tulus menyayangiku, mengasihiku yang selama ini berjuang keras untuk menyekolahkan aku dan kakakku agar kami bisa memperoleh masa depan yang lebih baik nantinya, itulah harapan yang selalu di idam-idamkan oleh ibuku dan ibuku tidak ingin kehidupan kami nantinya berujung sama dengan kehidupannya yang sangat pas-pasan, itulah kata-kata yang sering beliau katakan. Aku langsung berlari memeluk erat ibuku dan meminta maaf. Ibuku langsung tersenyum dan memaafkan kesalahanku, yang bikin  meneteskan air mataku aku menyadari selama ini ibuku selalu memberikan apa yang aku mau, apa yang aku inginkan  ibuku selalu menuruti walaupun harus pinjam uang tetangga ibuku lakukan demi menyenangkanku. Aku tahu ibuku bukan orang yang berkecukupan, hasil yang di peroleh dari berjualan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka terpaksa ibuku harus pinjam uang kesana kemari untuk memenuhi kebutuhan keluarga maupun sekolah kami berdua, sudah cukup terbilang banyak hutang-hutang orang tuaku termasuk di bank, karena ayahku berinisiatif untuk menyekolahkan kakakku keperguruan tinggi maka terpaksa meminjam uang di bank untuk biaya masuk keperguruan tinggi dan ibuku juga demikian walaupun orang yang tidak berada tapi mereka punya harapan yang begitu besar agar kakakku bisa menjadi orang yang beruntung dalam artian sukses.
Aku sangat salut dengan perjuangannya, hutang pun mereka lakoni demi masa depan kami. Di samping itu ibuku tidak ada henti-hentinya tetap berdagang buah  meskipun panas terik matahari menyengat di tubuh tapi tak beliau hiraukan, hujan pun basah kuyup karena tidak ada pelindungnya, ya walaupun kadang ibuku meminjam payung sebelah untuk perlindungan tapi payung tersebut tidak sepenuhnya menahan dari basahan hujan maupun sengatan panas matahari. Untuk melepas lelah ibuku sering menuju ke tempat ibadah untuk melaksanakan sholat dan sambil istirahat sejenak, ibuku juga membawa bekal dari rumah karena kalau beli cukup mahal, kadang kala ibuku lupa tidak membawa bekal dari rumah dan tidak makan sampai nanti pulang kerumah karena mengingat upah jualannya hanya pas-pasan,maka tidak makan seharian pun ibuku lakoni karena uangnya hanya pas buat transport pulang dan makan di rumah nanti. Aku bisa merasakan begitu berat beban yang di tanggung ibuku. Kami hidup di desa tapi untuk makan nasi kami harus membelinya karena orang tua ku tidak memiliki sawah maupun perkebunan untuk bercocok tanam karena sawah yang mereka punya di gadaikan untuk melunasi sebagian hutangnya itupun masih kurang untuk melunasinya. Aku yang tidak bisa berbuat apa-apa karena mengingat aku masih berstatus pelajar akupun tidak tahu bagaimana agar aku bisa meringankan beban mereka, malah yang ada aku hanya menambah beban buat mereka, yang bisa ku lakukan aku tetap belajar dan belajar agar nilai-nilaiku bisa baik dan memuaskan karena pada saat itu detik-detik menjelang ujian nasional. Rencana kalau aku lulus ujian nanti selesai dari SMA aku ingin bekerja, yang terpikir dalam otakku aku ingin sekali bisa membantu meringankan sedikit beban mereka, bisa membuat ibuku tersenyum, membahagiakan ibuku dan keluargaku. Tapi harapan tak sesuai dengan kenyataan, setelah aku lulus ayah dan ibuku berniat untuk memasukan aku  keperguruan tinggi swasta, aku tidak bisa menolak keinginan mereka tapi dengan aku melanjutkan kuliah nanti otomatis beban mereka akan bertambah, lalu aku bilang kepada ibuku bahwa aku ingin bekerja, tapi ibuku tetap sepakat dengan ucapan ayahku. Untuk biaya masuk perguruan tinggi itu mahal ayahku pun pergi merantau untuk biaya kuliah ku nanti.
Di rumah kami sekarang sepi tinggal aku dan ibuku, tampak jelas di wajah ibuku menyimpan kesedihan semenjak di tinggal ayah. Ibuku memang bukan orang yang suka menampakkan kesedihannya maupun beban-beban yang di hadapinya tetapi ibuku lebih sering diam dan berusaha tetap tegar walaupun dengan cobaan seberat apapun. Suatu hari ibuku akan berangkat kepasar untuk berjualan seperti biasa tapi belum sampai ke pasar ada kabar yang tidak mengenakkan karena pasar yang digunakan ibuku biasa berjualan terbakar hangus beserta isi-isinya, jadi ibuku tidak bisa berjualan lagi di tempat tersebut dan untuk beberapa waktu ibuku berhenti tidak berjualan untuk sementara. Ibuku tidak betah di rumah karena sudah terbiasa bekerja jadi ibuku mencari lokasi baru untuk berjualan tapi tidak ada tempat kosong, kebetulan ada usulan dari para pedagang yang satu profesi sama ibuku untuk berjualan di dekat jalan raya di samping pos polisi, awalnya ibuku tidak setuju dengan saran tersebut karena tempatnya sangat panas dan sangat padat kendaraan, tapi karena tidak ada pilihan lain selain tempat tersebut. Ibuku memulai lagi berdagang di dekat pinggir jalan raya kebetulan aku waktu itu ikut membantu ibu berjualan, tak ku sangka begitu panas tempatnya karena tidak ada pelindung sama sekali,dan banyaknya kendaraan yang melintas menyebabkan terjadinya polusi. Dengan ibanya aku melihat ibuku yang begitu semangat menawarkan dagangannya tanpa peduli begitu panasnya cuaca sampai melekat ke ubun-ubun dan debu yang mengenai mata. Aku menyuruh ibuku untuk istirahat sejenak, kami menuju ke mushola yang dekat ibuku berjualan, kami di situ sholat dzuhur berjamaah, setelah selesai ibuku langsung kembali ketempat berjualan sementara aku masih di mushola, di situ aku merenungi apa yang terjadi dengan keluargaku dan kondisi keluargaku itu memang sudah kehendak Alloh SWT, dan ini memang yang harus kami lewati, apapun itu dengan kehidupan keluargaku yang pas-pasan aku bersyukur memiliki ibu yang begitu gigih dan pekerja keras dengan kondisi sakit kadang ibuku masih tetap bekerja.
Ibuku memang dari kecil sampai sekarang berkeluarga memang terlahir dari keluarga yang tidak berada dan sekarang pun demikian, tapi apa yang bisa aku lakukan ibu aku belum bisa membantu ibu,  aku belum bisa membahagiakan ibu, aku bukan anak yang berbakti maafkan aku ibu belum bisa meringankan beban penderitaan ibu, ibu semoga Alloh selalu melindungimu,itulah kata-kata yang sering aku ucap dihati kecilku.
Sekarang ibuku sudah tidak lagi berjualan itu karena ibuku tidak memiliki modal dan orang yang biasa menyuruh ibuku untuk menjualkan dagangannya sudah pindah dari lokasi tersebut. Pada waktu itu ibuku sangat bingung dan tidak tahu apalagi yang harus dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ibuku mencari kerja kesana kemari tapi tak ada hasil satu pun.
Pada suatu hari ada petugas dari bank datang kerumah kami untuk menagih hutang karena memang ibuku telat membayar angsuran yang tiap bulannya ibuku bayar. Ibuku terlihat begitu bingung  nampak kelihatan dari wajahnya. Aku mendengarkan dari balik pintu kamarku tentang perbincangan ibuku dengan salah satu petugas bank itu, petugas itu sangat kecewa dan memarahi ibuku karena belum bisa membayar tagihannya dan ibuku dikasih waktu seminggu untuk membayar cicilan yang sudah lewat itu. Setelah petugas tadi pergi, ibuku terlihat murung dan diam,. Setelah kejadian itu ibuku tetap berusaha mencari kerja lagi sampai disuruh bantu bantu tetangga ibuku lakoni. Ada salah satu tetangga yang dermawan meminjami ibuku uang untuk modal dagang lagi karena mungkin merasa iba dengan ibuku dan kebetulan orang itu akrab dengan ibuku karena memang teman bersama semasa ibuku kecil.
Ibuku kini mulai berjualan lagi, ibuku sekarang berjualan disalah satu pasar yang lumayan strategis tapi tetap saja itu tidak layak untuk ibuku, tempatnya begitu kumuh dan masih sangat tradisional. Dengan payung kecil sebagai pelindung dengan Cuaca yang sering berubah-ubah kadang panas kadang hujan  tidak menghalangi semangat ibuku untuk tetap bekerja demi  sesuap nasi. Ibu yang kau punya begitu istimewa kaulah cinta abadiku, kaulah cermin jiwaku, pelita hidupku, semua yang kau lakukan demi kebaikanku mengalir, mengalur semua cinta kasihmu tak akan pernah mati, terimakasih ibu atas pengorbananmu dari aku kecil sampai saat ini aku dewasa kasih sayangmu tidak pernah berubah, seperti air yang mengalir tandus di tanah menyejukan jiwa, ibu meski kau wanita biasa tapi bagiku kau malaikat yang diutus Alloh untukku, maafkanlah aku ibu yang  kadang kala aku sering nakal kata-kataku sering menggores hati tapi kau balas dengan doa, mengapa selalu aku lakukan hal yang buntu yang bertentangan dengan imajinasimu,cinta yang kau punya terlalu istimewa tak mampu ku membalas budi kasihmu. Jika dalam keluarga terjadi masalah dirimu akan menjadi sumpah serapah,ibu maaafkanlah aku yang penuh dengan dosa yang dibutakan oleh dunia yang tidak pernah mensyukuri hidup ini tapi ibu selalu mengajariku arti sebuah kesabaran untuk lewati hidup yang penuh dengan cobaan, kini memang aku sudah jauh dari ibuku tapi tidak lupa di setiap lima waktuku aku selalu mendoakan ibuku dan keluargaku.
Tuhan tolonglah sayangilah ibuku seperti ibuku menyayangiku,berilah keselamatan dan kesehatan selalu untuk ibuku. Rasanya aku tidak bisa  jauh dengan ibuku tapi aku juga harus mandiri karena aku sudah dewasa, aku akan berusaha keras dan tidak mau mengecewakan ibuku, doa dan restu ibuku  sangat ku harapkan untuk kesuksesanku kelak insyaalloh yang terpenting saat ini aku lagi berusaha menuntut ilmu demi cita-citaku menjadi seorang guru disamping itu juga aku ingin sekali bisa membahagiakan ibuku atas perjuangan kerasnya selama ini, aku tidak ingin menyia-nyiakan atas apa yang ibuku berikan kepadaku untukku saat ini,aku sangat berterimakasih sekali bisa di sekolahkan sampai keperguruan tinggi dan sangat bersyukur memiliki ibu yang sangat penyayang yang sangat peduli padaku yang tidak pernah lupa mengingatkanku untuk mengerjakan sholat lima waktu.
Sekarang aku memang harus prihatin dan mandiri karena memang jauh dari orang tua semuanya harus serba sendiri dan harus bisa hemat. Ibuku kini juga sekarang tinggal sendiri kadang kala aku sering khawatir akan kesehatan ibuku dan sesekali aku menelpon ibuku untuk sekedar ingin tahu tentang kondisinya dan katanya ibuku baik-baik saja dan aku sangat bersyukur,terimakasih Ya Alloh ,terimakasih ibu pengorbananmu sangat mulia.              





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar