IBUKU WANITA YANG TANGGUH
Sepeda ontel tua melaju menyelusuri desa-desa yang masih
sepi dan langit pun masih gelap karena jam masih menunjukkan pukul 04.30 pagi,
nampak dengan penuh semangatnya wanita itu mengayuh sepedanya hanya seorang
diri itulah ibuku,karena desa kami masih sangat terpencil dan masih jauh dari
pusat perkotaan maka ibuku harus bersepeda jauh untuk menempuh ketempat yang
strategis yaitu pusat perkotaan,kira-kira butuh waktu 1 setengah jam untuk sampai ketempat parkiran
sepeda,karena ibuku harus memarkirkan sepedanya dahulu sebelum naik angkutan
umum,karena lokasinya yang sangat jauh untuk sampai kelokasi pasar yang
biasanya ibuku berjualan buah. Ibuku seorang penjual buah eceran di dekat
pinggiran toko,karena mahalnya sewa tempat untuk berdagang maka tidak ada
pilihan lain selain menempati pinggiran toko tersebut.
Dagangan yang dijual itu bukan milik ibuku karena ibuku
hanya di suruh untuk menjualkan buah-buah tersebut dari seorang juragan
buah,apabila bisa laku maupun terjual habis ibuku mendapatkan separuh dari
keuntungan tersebut,walaupun tidak seberapa ibuku tetap tersenyum manis dan
bersyukur mendapat upah atas jerih payahnya, tapi yang bikin mengharukan
apabila dagangannya hanya laku sedikit ibuku tidak mendapatkan apa-apa dan hanya
pulang dengan tangan kosong .Tepat pukul 6 sore ibuku sampai di rumah dan itu merupakan keseharian
pekerjaan ibuku. Ibuku memang wanita pekerja keras dan sangat menyayangi
keluarga. Setelah dirumah ibuku masih bekerja
mengerjakan semua pekerjaan rumah,
sementara aku hanya berdiam diri tanpa membantunya sedikitpun.
Aku memang anak yang terbilang manja dan hampir semua
pekerjaan rumah yang di kerjakan ibuku aku tidak mau membantunya, pernah
sesekali ibu menyuruhku untuk membantu mencuci piring maupun mencuci pakaian, tapi
aku malah tidak begitu menghiraukan perintah beliau,aku hanya bisa berkata
nanti-nanti dan nanti tapi perintah itu tidak aku lakukan, dan sesekali ibuku
marah kepadaku tapi aku malah balik marah kepada ibuku dengan segala alasan capek,ini,itu
aku katakan,seketika ibuku langsung diam dan dengan raut muka yang kecewa ibuku
tetap senyum dan aku saat itu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh ibuku,
pasti ibuku merasa sangat kecewa sekali karena ucapanku, akupun merasa bersalah
dan menyadari,dalam hatiku aku memaki diriku sendiri, ya Alloh betapa bodohnya
aku, aku memang tidak anak yang tidak
tau untung, seketika aku merenung,tanpa ibu aku tidak mungkin ada di
dunia ini dan selama ini ibuku lah yang dengan tulus menyayangiku, mengasihiku
yang selama ini berjuang keras untuk menyekolahkan aku dan kakakku agar kami
bisa memperoleh masa depan yang lebih baik nantinya, itulah harapan yang selalu
di idam-idamkan oleh ibuku dan ibuku tidak ingin kehidupan kami nantinya
berujung sama dengan kehidupannya yang sangat pas-pasan, itulah kata-kata yang
sering beliau katakan. Aku langsung berlari memeluk erat ibuku dan meminta
maaf. Ibuku langsung tersenyum dan memaafkan kesalahanku, yang bikin meneteskan air mataku aku menyadari selama ini
ibuku selalu memberikan apa yang aku mau, apa yang aku inginkan ibuku selalu menuruti walaupun harus pinjam
uang tetangga ibuku lakukan demi menyenangkanku. Aku tahu ibuku bukan orang
yang berkecukupan, hasil yang di peroleh dari berjualan tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka terpaksa ibuku harus pinjam uang kesana
kemari untuk memenuhi kebutuhan keluarga maupun sekolah kami berdua, sudah
cukup terbilang banyak hutang-hutang orang tuaku termasuk di bank, karena
ayahku berinisiatif untuk menyekolahkan kakakku keperguruan tinggi maka
terpaksa meminjam uang di bank untuk biaya masuk keperguruan tinggi dan ibuku
juga demikian walaupun orang yang tidak berada tapi mereka punya harapan yang
begitu besar agar kakakku bisa menjadi orang yang beruntung dalam artian
sukses.
Aku sangat salut dengan perjuangannya, hutang pun mereka
lakoni demi masa depan kami. Di samping itu ibuku tidak ada henti-hentinya
tetap berdagang buah meskipun panas
terik matahari menyengat di tubuh tapi tak beliau hiraukan, hujan pun basah
kuyup karena tidak ada pelindungnya, ya walaupun kadang ibuku meminjam payung
sebelah untuk perlindungan tapi payung tersebut tidak sepenuhnya menahan dari
basahan hujan maupun sengatan panas matahari. Untuk melepas lelah ibuku sering
menuju ke tempat ibadah untuk melaksanakan sholat dan sambil istirahat sejenak,
ibuku juga membawa bekal dari rumah karena kalau beli cukup mahal, kadang kala
ibuku lupa tidak membawa bekal dari rumah dan tidak makan sampai nanti pulang
kerumah karena mengingat upah jualannya hanya pas-pasan,maka tidak makan
seharian pun ibuku lakoni karena uangnya hanya pas buat transport pulang dan
makan di rumah nanti. Aku bisa merasakan begitu berat beban yang di tanggung
ibuku. Kami hidup di desa tapi untuk makan nasi kami harus membelinya karena
orang tua ku tidak memiliki sawah maupun perkebunan untuk bercocok tanam karena
sawah yang mereka punya di gadaikan untuk melunasi sebagian hutangnya itupun
masih kurang untuk melunasinya. Aku yang tidak bisa berbuat apa-apa karena
mengingat aku masih berstatus pelajar akupun tidak tahu bagaimana agar aku bisa
meringankan beban mereka, malah yang ada aku hanya menambah beban buat mereka,
yang bisa ku lakukan aku tetap belajar dan belajar agar nilai-nilaiku bisa baik
dan memuaskan karena pada saat itu detik-detik menjelang ujian nasional.
Rencana kalau aku lulus ujian nanti selesai dari SMA aku ingin bekerja, yang
terpikir dalam otakku aku ingin sekali bisa membantu meringankan sedikit beban
mereka, bisa membuat ibuku tersenyum, membahagiakan ibuku dan keluargaku. Tapi
harapan tak sesuai dengan kenyataan, setelah aku lulus ayah dan ibuku berniat
untuk memasukan aku keperguruan tinggi
swasta, aku tidak bisa menolak keinginan mereka tapi dengan aku melanjutkan
kuliah nanti otomatis beban mereka akan bertambah, lalu aku bilang kepada ibuku
bahwa aku ingin bekerja, tapi ibuku tetap sepakat dengan ucapan ayahku. Untuk
biaya masuk perguruan tinggi itu mahal ayahku pun pergi merantau untuk biaya
kuliah ku nanti.
Di rumah kami sekarang sepi tinggal aku dan ibuku, tampak
jelas di wajah ibuku menyimpan kesedihan semenjak di tinggal ayah. Ibuku memang
bukan orang yang suka menampakkan kesedihannya maupun beban-beban yang di
hadapinya tetapi ibuku lebih sering diam dan berusaha tetap tegar walaupun
dengan cobaan seberat apapun. Suatu hari ibuku akan berangkat kepasar untuk
berjualan seperti biasa tapi belum sampai ke pasar ada kabar yang tidak
mengenakkan karena pasar yang digunakan ibuku biasa berjualan terbakar hangus
beserta isi-isinya, jadi ibuku tidak bisa berjualan lagi di tempat tersebut dan
untuk beberapa waktu ibuku berhenti tidak berjualan untuk sementara. Ibuku
tidak betah di rumah karena sudah terbiasa bekerja jadi ibuku mencari lokasi
baru untuk berjualan tapi tidak ada tempat kosong, kebetulan ada usulan dari
para pedagang yang satu profesi sama ibuku untuk berjualan di dekat jalan raya
di samping pos polisi, awalnya ibuku tidak setuju dengan saran tersebut karena
tempatnya sangat panas dan sangat padat kendaraan, tapi karena tidak ada
pilihan lain selain tempat tersebut. Ibuku memulai lagi berdagang di dekat
pinggir jalan raya kebetulan aku waktu itu ikut membantu ibu berjualan, tak ku
sangka begitu panas tempatnya karena tidak ada pelindung sama sekali,dan banyaknya
kendaraan yang melintas menyebabkan terjadinya polusi. Dengan ibanya aku
melihat ibuku yang begitu semangat menawarkan dagangannya tanpa peduli begitu
panasnya cuaca sampai melekat ke ubun-ubun dan debu yang mengenai mata. Aku
menyuruh ibuku untuk istirahat sejenak, kami menuju ke mushola yang dekat ibuku
berjualan, kami di situ sholat dzuhur berjamaah, setelah selesai ibuku langsung
kembali ketempat berjualan sementara aku masih di mushola, di situ aku
merenungi apa yang terjadi dengan keluargaku dan kondisi keluargaku itu memang
sudah kehendak Alloh SWT, dan ini memang yang harus kami lewati, apapun itu
dengan kehidupan keluargaku yang pas-pasan aku bersyukur memiliki ibu yang
begitu gigih dan pekerja keras dengan kondisi sakit kadang ibuku masih tetap
bekerja.
Ibuku memang dari kecil sampai sekarang berkeluarga
memang terlahir dari keluarga yang tidak berada dan sekarang pun demikian, tapi
apa yang bisa aku lakukan ibu aku belum bisa membantu ibu, aku belum bisa membahagiakan ibu, aku bukan
anak yang berbakti maafkan aku ibu belum bisa meringankan beban penderitaan
ibu, ibu semoga Alloh selalu melindungimu,itulah kata-kata yang sering aku ucap
dihati kecilku.
Sekarang ibuku sudah tidak lagi berjualan itu karena
ibuku tidak memiliki modal dan orang yang biasa menyuruh ibuku untuk menjualkan
dagangannya sudah pindah dari lokasi tersebut. Pada waktu itu ibuku sangat
bingung dan tidak tahu apalagi yang harus dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, ibuku mencari kerja kesana kemari tapi tak ada hasil satu pun.
Pada suatu hari ada petugas dari bank datang kerumah kami
untuk menagih hutang karena memang ibuku telat membayar angsuran yang tiap
bulannya ibuku bayar. Ibuku terlihat begitu bingung nampak kelihatan dari wajahnya. Aku
mendengarkan dari balik pintu kamarku tentang perbincangan ibuku dengan salah
satu petugas bank itu, petugas itu sangat kecewa dan memarahi ibuku karena
belum bisa membayar tagihannya dan ibuku dikasih waktu seminggu untuk membayar
cicilan yang sudah lewat itu. Setelah petugas tadi pergi, ibuku terlihat murung
dan diam,. Setelah kejadian itu ibuku tetap berusaha mencari kerja lagi sampai
disuruh bantu bantu tetangga ibuku lakoni. Ada salah satu tetangga yang
dermawan meminjami ibuku uang untuk modal dagang lagi karena mungkin merasa iba
dengan ibuku dan kebetulan orang itu akrab dengan ibuku karena memang teman
bersama semasa ibuku kecil.
Ibuku kini mulai berjualan lagi, ibuku sekarang berjualan
disalah satu pasar yang lumayan strategis tapi tetap saja itu tidak layak untuk
ibuku, tempatnya begitu kumuh dan masih sangat tradisional. Dengan payung kecil
sebagai pelindung dengan Cuaca yang sering berubah-ubah kadang panas kadang
hujan tidak menghalangi semangat ibuku
untuk tetap bekerja demi sesuap nasi.
Ibu yang kau punya begitu istimewa kaulah cinta abadiku, kaulah cermin jiwaku,
pelita hidupku, semua yang kau lakukan demi kebaikanku mengalir, mengalur semua
cinta kasihmu tak akan pernah mati, terimakasih ibu atas pengorbananmu dari aku
kecil sampai saat ini aku dewasa kasih sayangmu tidak pernah berubah, seperti
air yang mengalir tandus di tanah menyejukan jiwa, ibu meski kau wanita biasa
tapi bagiku kau malaikat yang diutus Alloh untukku, maafkanlah aku ibu
yang kadang kala aku sering nakal
kata-kataku sering menggores hati tapi kau balas dengan doa, mengapa selalu aku
lakukan hal yang buntu yang bertentangan dengan imajinasimu,cinta yang kau
punya terlalu istimewa tak mampu ku membalas budi kasihmu. Jika dalam keluarga
terjadi masalah dirimu akan menjadi sumpah serapah,ibu maaafkanlah aku yang
penuh dengan dosa yang dibutakan oleh dunia yang tidak pernah mensyukuri hidup
ini tapi ibu selalu mengajariku arti sebuah kesabaran untuk lewati hidup yang
penuh dengan cobaan, kini memang aku sudah jauh dari ibuku tapi tidak lupa di
setiap lima waktuku aku selalu mendoakan ibuku dan keluargaku.
Tuhan tolonglah sayangilah ibuku seperti ibuku
menyayangiku,berilah keselamatan dan kesehatan selalu untuk ibuku. Rasanya aku
tidak bisa jauh dengan ibuku tapi aku
juga harus mandiri karena aku sudah dewasa, aku akan berusaha keras dan tidak
mau mengecewakan ibuku, doa dan restu ibuku
sangat ku harapkan untuk kesuksesanku kelak insyaalloh yang terpenting
saat ini aku lagi berusaha menuntut ilmu demi cita-citaku menjadi seorang guru
disamping itu juga aku ingin sekali bisa membahagiakan ibuku atas perjuangan
kerasnya selama ini, aku tidak ingin menyia-nyiakan atas apa yang ibuku berikan
kepadaku untukku saat ini,aku sangat berterimakasih sekali bisa di sekolahkan sampai
keperguruan tinggi dan sangat bersyukur memiliki ibu yang sangat penyayang yang
sangat peduli padaku yang tidak pernah lupa mengingatkanku untuk mengerjakan
sholat lima waktu.
Sekarang aku memang harus prihatin dan mandiri karena
memang jauh dari orang tua semuanya harus serba sendiri dan harus bisa hemat.
Ibuku kini juga sekarang tinggal sendiri kadang kala aku sering khawatir akan
kesehatan ibuku dan sesekali aku menelpon ibuku untuk sekedar ingin tahu
tentang kondisinya dan katanya ibuku baik-baik saja dan aku sangat
bersyukur,terimakasih Ya Alloh ,terimakasih ibu pengorbananmu sangat mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar